Salah
satu pertanyaan paling klasik di Akuntansi Keuangan adalah “apa bedanya
jurnal penyesuaian dengan pembetulan?” Sebuah pertanyaan yang sangat
mendasar.
Dengan
logika umum, yang namanya “disesuaikan” dengan “dibetulkan/dikoreksi” memang
mirip-mirip. Ahli bahasa mungkin menyebut kata “disesuaikan” sebagai bentuk
eufimisme atau penghalusan dari istilah “koreksi”. Inilah yang sering membuat
masyarakat umum menjadi bingung ketika mencoba memahami akuntansi.
Masyarakat
umum bingung, mungkin tidak apa-apa, toh mereka tidak bekerja di bidang
akuntansi. Namun menjadi repot ketika kebingungan yang sama terjadi pada mereka
yang bekerja di bidang akuntansi. Kebingungan yang sama lumrah terjadi pada
pelajar/mahasiswa jurusan Akuntansi—terutama di tahun-tahun pertama belajar.
Agar
terbebas dari kebingungan ini, hal pertama yang perlu disadari adalah:
Akuntansi menggunakan istilah teknis tersendiri yang berbeda dengan istilah
umum.
“Penyesuaian”
dan “Pembetulan/Koreksi”, dalam akuntansi, adalah dua hal yang samasekali
berbeda, tidak bisa dicampuradukkan. Dan memahami perbedaannya, sangat mendasar
bagi siapapun yang ingin menguasai akuntansi.
Bisa
dibilang, mampu atau tidaknya menjawab pertanyaan ini dengan baik, mencerminkan:
- apakah seseorang sudah paham prosedur debit-credit (double-entry) atau belum; dan
- apakah sudah menguasai teknik dasar menjurnal atau belum.
Sebab,
mustahil bisa membuat jurnal pembetulan dan penyesuaian jika belum paham
prosedur debit-credit dan menjurnal. (CATATAN: Yang belum paham teknik dasar
menjurnal dan prosedur debit-credit silahkan baca “Cara Mudah
Membuat Jurnal Akuntansi”)
Lebih
jauh lagi, mampu tidaknya seseorang menjawab pertanyaan yang sama juga
mencerminkan apakah dia paham konsep dasar akrual dan deferal atau belum.
“Okay.
Lalu, apa beda jurnal penyesuaian dengan pembetulan?” mungkin ada yang
sudah tak sabar.
Kalau
saya jawab “Jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan saldo akun agar mewakili
kondisi sebenarnya dan Jurnal pembetulan untuk memperbaiki kesalahan jurnal,”
apakah cukup?
Jika memang
cukup, berarti itulah jawabannya. Jika belum cukup, maka perlu membahas jurnal
pembetulan dan jurnal penyesuaian terlebih dahulu. Silahkan lanjutkan membaca.
Jurnal
Pembetulan (Correction Entry)
Jurnal
pembetulan adalah jurnal yang dipergunakan untuk membetulkan jurnal yang
terlanjur salah dibuat—entah itu salah angka atau salah akun.
“Untuk
melakukan koreksi (pembetulan), mengapa perlu membuat jurnal?” Mungkin ada
yang berpikir demikian. Jawabannya, karena asumsinya:
- Pertama, pencatatan transaksi dilakukan secara manual (di atas kertas/buku jurnal).
- Kedua, pencoteran atau type-x ditabukan dalam akuntansi. Ditabukan karena disamping terlihat tidak rapih juga menimbulkan keragu-raguan.
Misalnya: Pada
tanggal 10 Januari 2014 Annie menerima slip tunai pembayaran upah buruh. Untuk
itu Annie membuat jurnal sbb:
[Debit].
Upah Buruh = Rp 27,070,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 27,070,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 27,070,000,-
Pagi-pagi,
keeskokan harinya, tiba di kantor Annie sudah menemukan memo kecil dari Chief
Accountant tertempel di atas mejanya dengan pesan, “Annie, kamu salah masukkan
jurnal untuk pembayaran upah buruh, tolong buat koreksi.”
Selesai
membaca “surat cinta” itu, Annie mencari slip pembayaran upah buruh yang
dimaksud dan membandingkannya dengan jurnal yang dimasukkan ke buku. Pada slip
pembayaran Annie menemukan angka 27,700,000. Namun pada jurnal yang Annie
masukkan angkanya Rp 27,070,000. Jadi ada KESALAHAN ANGKA, sehingga terjadi
selisih Rp 630,000 (=27,700,000 – 27,070,000).
Atas
kesalahan tersebut, Annie tidak mencoret atau men-typeX jurnal yang salah,
karena hal itu ditabukan dalam Akuntansi. Sebagai gantinya, Annie memasukkan
JURNAL PEMBETULAN (correction entry), sbb:
[Debit].
Upah Buruh = Rp 630,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 630,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 630,000,-
Setelah
jurnal pembetulan di masukkan maka total upah buruh yang diakui menjadi benar,
yakni Rp 27,070,000 + Rp 630,000 = Rp 27,700,000, sesuai dengan angka yang
tertera pada slip pembayaran upah buruh.
Begitu
selesai memasukkan jurnal koreksi, Chief Accountant sudah ada di meja Annie.
Dan mengatakan bahwa Annie juga salah memasukkan Pendapatan Bunga Jasa Giro
dari bank. Oleh Annie, pendapatan bunga dari bank dimasukkan ke akun Pendapatan
dengan jurnal:
[Debit].
Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 750,000
Seharusnya,
pendapatan bunga dari bank dipisahkan dari pendapatan utama (hasil penjualan)
dan dimasukkan ke akun “Pendapatan Jasa Giro.” Artinya, telah terjadi kesalahan
akun. Untuk itu Annie harus membuat JURNAL PEMBETULAN sbb:
[Debit].
Pendapatan = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
CATATAN
KHUSUS:
Pendapatan bunga pada rekening giro perusahaan di bank TIDAK DIGABUNG dengan
Pendapatan utama dari hasil penjualan. Sebab pendapatan ini sudah dikenakan
“pajak bersifat final” oleh pihak bank, sehingga tidak dikenakan pajak lagi
pada PPh perusahaan. Oleh sebab itu harus dipisahkan. Untuk pendapatan ini,
biasanya perusahaan membuat akun khusus yang disebut “Pendapatan Bunga Jasa
Giro.”
Kesalahan
akun juga disebut “salah klasifikasi akun,” oleh sebab itu jurnal pembetulan
atas kesalahan akun sering disebut “jurnal reklasifikasi” (reclassification
entry). Di tempat kerja, jika atasan mengatakan “tolong reclass” artinya anda
diminta untuk membuat jurnal pembetulan atas kesalahan akun.
“Pada
jurnal reklasifikasi di atas, mengapa akun KAS tidak ikut di reklasifikasi?”
mungkin ada yang berpikir seperti itu.
Jawabannya: Sebab,
yang salah klasifikasi hanya akun pendapatan saja, sedangkan akun kasnya sudah
benar, sehingga tak perlu direklasifikasi lagi. Ini versi saat kita belajar di
sekolah atau kampus. Dalam pekerjaan sesungguhnya, terutama jika menggunakan software akuntansi,
prosedurnya sedikit berbeda (baca “Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software
Akuntansi” setelah yang di bawah ini)
Bagaimana
jika kesalahan diketahui setelah tutup buku (saldo pendapatan dan beban telah
di nol-kan)? Bagaimana membuat jurnalnya? Pertama,
pertimbangkan, apakah perlu dibuatkan jurnal pembetulan atau tidak. Dasar
pertimbangannya: Apakah bisa terkoreksi dengan sendirinya (self-corrected) atau
tidak. Jika bisa terkoreksi dengan sendirinya maka tak perlu dibuatkan jurnal
koreksi. Jika sebaliknya maka jurnal koreksi diperlukan. Untuk lebih lengkapnya
silahkan baca “Salah Jurnal, Apakah Perlu Koreksi?”
[intense_content_box
icon="info-sign" icon_color="#ff5959" size="4"
icon_stack_type="circle" icon_stack_color="#cbdbad"
position="topleft" boxed="1" shadow="0"
background="#cbdbad" border_size="1"
border_color="#b0db60" border_style="dashed"
animation="bounce"]
Membuat
Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi
Terutama
adik-adik pelajar dan mahasiswa, perlu menyadari bahwa contoh-contoh kasus
jurnal pembetulan yang disajikan di sekolah/kampus—entah atas kesalahan angka
atau kesalahan akun—selalu menggunakan asumsi: PROSES PENCATATAN TRANSAKSI
DILAKUKAN SECARA MANUAL (di atas kertas buku jurnal). Contoh kasus di atas
pun, juga, menggunakan asumsi bahwa Annie melakukan pekerjaannya di atas kertas
(buku jurnal).
Pada
kenyataannya, di era komputer sekarang ini, sudah hampir semua perusahaan
menggunakan software akuntansi. Sehingga, staf accounting pemula
(fresh graduate) di perusahaan sering bingung ketika berhadapan dengan
pekerjaan yang sesungguhnya.
Dengan
software akuntansi (termasuk Excel), staf accounting bisa memperbaiki kesalahan
dengan cara melakukan editing (perbaikan) langsung pada jurnal yang salah saja,
atau dengan cara menghapus transaksi yang salah untuk kemudian diganti dengan
jurnal yang benar. Sehingga, TIDAK PERLU memasukkan jurnal pembetulan/koreksi
lagi.
Pada
kasus Annie yang pertama (salah angka transaksi) di atas misalnya, dia
bisa langsung mencari jurnal yang salah, lalu mengganti angka yang salah
(27,070,000) dengan angka yang benar (27,700,000). Sedangkan pada kasus kedua,
Annie bisa menghapus jurnal yang salah (pada akun Pendapatan) dan membuat
jurnal baru pada akun yang benar (Pendapatan Jasa Giro) dengan tanggal yang
dimajukan agar sesuai dengan transaksi aslinya.
Namun hal
itu tergantung pada kebijakan perusahaan masing-masing yang bisa jadi berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Perbedaan kebijakan terletak
pada penentuan saat kapan system (software) dikunci (locked).
Pada
umumnya, perusahaan melakukan penguncian system untuk membatasi tindakan
mengubah data tanpa seijin yang punya otorisasi. Begitu system dikunci, staf
accounting tidak bisa lagi:
1.
melakukan editing langsung pada jurnal;
2.
menghapus catatan transaksi (jurnal); atau
3.
termasuk mengubah tanggal.
Sekedar
informasi.
Perusahaan-perusahaan yang saya kendalikan, melakukan penguncian system setiap
hari, yakni setelah pukul 6 sore. Tujuannya? Membuat staf accounting terbiasa
untuk selalu fokus dan berhati-hati dalam bekerja. Pendekatan yang sama
juga—secara sistemik—memaksa semua Chief Accountant untuk selalu melakukan
ledger detail review setiap hari dan harus kelar sebelum pukul 6 sore.
Jika
ditemukan kesalahan pada transaksi yang telah lewat, setelah system dikunci,
staf accounting harus memasukkan JURNAL PEMBETULAN/KOREKSI lewat
modul khusus yang biasanya bisa dibuka oleh orang yang punya otoritas (Chief
Accountant dan Controller). Yang artinya juga, jurnal koreksi hanya boleh
dilakukan dengan seijin (approval) orang yang berwenang. Tujuannya? Jelas untuk
pengendalian intern—atasan menjadi selalu tahu setiap ada kesalahan.
Membuat
jurnal koreksi dengan menggunakan software akuntansi juga agak berbeda jika
dibandingkan manual. Untuk contoh kasus kedua misalnya, Annie tidak bisa
membuat jurnal dengan cara melawankan Akun pendapatan dengan akun pendapatan
lainnya (karena sama-sama bersaldo kredit). Akun Pendapatan hanya bisa
dilawankan dengan akun Piutang atau Kas (dan akun Biaya hanya bisa dilawankan
dengan akun Utang atau Kas).
Untuk
melakukan reklasifikasi, bila bekerja menggunakan software, Annie harus membuat
jurnal pembalik (reversal entry) terlebih dahulu, sbb:
[Debit].
Pendapatan = 750,000
[Kredit]. Kas = 750,000
[Kredit]. Kas = 750,000
Dengan
jurnal pembalik di atas maka posisi saldo masing-masing akun kembali ke posisi
semula. Setelah itu baru membuat jurnal dengan akun yang benar, yakni:
[Debit].
Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
Itulah
sedikit perbedaan antara membuat jurnal pembetulan dalam lingkungan manual dan
terkomputerisasi—sekedar untuk diketahui saja, khususnya untuk adik-adik
pelajar dan mahasiswa.
[/intense_content_box]
Jurnal
Penyesuaian (Adjustment Entry)
Jurnal
Penyesuaian (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan
nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Bagaimana
caranya membuat jurnal penyesuaian? Tergantung saldo akun mana yang akan
disesuaikan. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul
akibat adanya pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda
(=dideferalkan). Beberapa contoh akun yang biasanya memerlukan jurnal
penyesuaian, antara lain:
1.
Deposit Supplier dan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)
Prinsip
Kesesuaian
(Matching Principle) menganjurkan agar setiap “Beban/Biaya” dan
“Pendapatan” saling bersesuaian (matched). Konkretnya, dalam konteks
ini, beban/Biaya yang timbul di suatu periode hanya diakui sejumlah yang bisa
dihubungkan dengan pendapatan yang bisa dihasilkan pada periode yang sama.
Untuk
memenuhi prinsip ini maka, beban/biaya yang kemanfaatannya diperkirakan lebih
dari satu periode TIDAK diakui secara sekaligus pada saat timbul, melainkan
dialokasikan dan diakui secara bertahap sesuai dengan manfaat yang ditimbulkan
per periodenya.
CONTOH
KASUS:
Untuk
rencana penjualan Januari 2014, PT. JAK memesan barang di UD Makmur senilai Rp
100,000,000 pada tanggal 20 Desember 2013. Barang rencananya akan diterima
secara bertahap mulai tanggal 5 hingga 10 Januri 2014. Untuk pemesanan itu,
tanggal 22 Desember 2013 PT JAK membayar UD makmur sebesar nilai pesanan.
Atas
pengaluaran tersebut PT JAK tidak mencatatnya sebagai persediaan. Sebagai
gantinya PT. JAK memasukkan jurnal sbb:
[Debit]
Deposit Supplier = Rp 100,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 100,000,000 (mengurangi saldo Kas di Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 100,000,000 (mengurangi saldo Kas di Neraca)
Nah, akun
“Deposit Supplier” inilah yang harus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya,
yakni setiap kali barang persediaan diterima. Misalnya, ketika barang tahap
pertama diterima senilai Rp 40 juta pada tanggal 5 Januari 2014, PT JAK membuat
JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:
[Debit].
Persediaan Barang Jadi = Rp 40,000,000 (saldo persediaan di Neraca bertambah 40
juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 40,000,000 (saldo Desposit Supplier di Neraca berkurang 40 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 40,000,000 (saldo Desposit Supplier di Neraca berkurang 40 juta)
Ketika
barang tahap 2 diterima senilai Rp 60 jutaTanggal 8 Januari 2014, PT JAK
membuat JURNAL PENYESUAIAN lagi sbb:
[Debit].
Persediaan Barang Jadi = Rp 60,000,000 (total saldo persediaan menjadi 40+60
juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 60,000,000 (sisa saldo Desposit Supplier di Neraca nol)
(Catatan: Deposit Supplier di atas bisa juga disebut “Persediaan Dibayar Dimuka”, esensinya sama saja)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 60,000,000 (sisa saldo Desposit Supplier di Neraca nol)
(Catatan: Deposit Supplier di atas bisa juga disebut “Persediaan Dibayar Dimuka”, esensinya sama saja)
Pengakuan
bertahap juga diterapkan pada transaksi Sewa yang manfaatnya lebih dari satu
periode.
CONTOH
KASUS:
Untuk
mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi, tanggal 15 Desember 2013
PT JAK menyewa mesin Genset senilai Rp 75 juta untuk penggunaan hingga 15 Maret
2014.
Saat Sewa
dibayar, PT JAK tidak membebankan biaya sewa seketika di bulan Desember 2013. Sebagai
gantinya, PT JAK mencatat dengan jurnal sbb:
[Debit].
Sewa Dibayar Di Muka = Rp 75,000,000 (masuk Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 75,000,000 (mengurangi saldo Kas di neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 75,000,000 (mengurangi saldo Kas di neraca)
Nah,
saldo “Sewa Dibayar Di Muka” inilah yang terus disesuaikan setiap
periodenya berdasarkan penggunaannya sehingga mencerminkan kondisi sebenarnya.
Jelang tutup buku 31 Desember 2013 misalnya, PT JAK membuat JURNAL PENYESUAIAN
sebagai berikut:
[Debit].
Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (dibiayakan dan mengurangi Laba Des 2013)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 adalah porsi biaya sewa untuk Desember 2013 (=75 juta:3)/2)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 adalah porsi biaya sewa untuk Desember 2013 (=75 juta:3)/2)
Pada
tanggal 31 Januari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa
Dibayar Di Muka lagi, sbb:
[Debit].
Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Januari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Januari 2014.)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Januari 2014.)
Pada
tanggal 28 Februari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa
Dibayar Di Muka lagi, sbb:
[Debit].
Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Februari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Februari 2014).
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Februari 2014).
Pada saat
ini saldo Sewa Dibayar Di Muka akan menunjukkan angka Rp 12,500,000 (=75 juta –
12,500,000 – 25,000,000 – 25,000,000). Sehingga, pada tanggal 31 Maret 2014 PT
JAK akan memasukkan jurnal penyesuaian terakhir untuk saldo Sewa Dibayar Di
Muka, sbb:
[Debit].
Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (mengurangi Laba Maret 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 ((=75 juta:3)/2) adalah porsi biaya sewa untuk Maret 2014).
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 ((=75 juta:3)/2) adalah porsi biaya sewa untuk Maret 2014).
Setelah
jurnal penyesuaian ini dimaksukkan maka saldo Sewa Dibayar Dimuka akan
menunjukkan angka 0 (nol) alias habis.
Catatan: Tidak
hanya “Deposit Supplier” dan “Sewa Dibayar Di Muka” saja, pada adasarnya setiap
biaya yang memiliki kemanfaataan lebih dari 1 periode diperlakukan seperti di
atas, sehingga membutuhkan jurnal penyesuaian di setiap akhir periodenya.
2.
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi
Saldo
akun “Akumulasi Penyusutan” (kontra akun Aset Tetap) dan “Akumulasi Amortisasi”
(kontra akun Aset Tak berwujud) juga memerlukan penyesuaian di akhir periode.
Sebab saldo kedua akun ini meningkat seiring dengan semakin berkurangnya nilai
manfaat atau nilai buku Aset.
CONTOH
KASUS:
Tanggal 1
Januari 2013 PT. JAK membeli Aset berupa mesin produksi senilai Rp 25,000,000
secara tunai dan langsung dioperasikan. Umur Ekonomis mesin di perkirakan
mencapai 8 tahun. Atas mesin ini, PT JAK tidak mencadangkan nilai residu. Untuk
menyusutan nilai Aset, PT JAK menggunakan Metode Garis Lurus. Penutupan Buku PT
JAK dilakukan secara tahunan, yakni setiap tanggal 31 Desember.
Untuk
mengakui aset Mesin Produksi, tangal 1 Januari 2013 PT JAK membuat jurnal sbb:
[Debit].
Mesin = Rp 25,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 25,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 25,000,000
Atas
penggunaan mesin tersebut PT. JAK menghitung penyusutan per tahun sbb:
Tarif
Penyusutan Per Tahun = (1/Umur Ekonomis) x 100% = (1/8) x 100% = (100/8)% =12,
5% per tahun.
Penyusutan
Per Tahun = (Nilai Perolehan-Nilai Residu) x Tarif = 25,000,000 x 12,5% = Rp
3,125,000/tahun.
sehingga
jadwal penyusutan mesin menjadi sbb:
Pada jadwal
penyusutan di atas terlihat bawa, akumulasi penyusutan—yang mengurangi nilai
buku atau nilai manfaat—terus meningkat seiring dengan lamanya penggunaan
mesin. Oleh sebab itu, PT JAK perlu melakukan PENYESUAIAN saldo “Akumulasi
Penyusutan” setiap akhir periode buku (seperti nampak dalam jadwal di atas)
yang dimulai tanggal 31 Desember 2013.
Sehingga,
pada tanggal 31 Desember 2013 PT JAK mengakui “Beban Penyusutan Mesin Produksi”
di satu sisinya (Laba/Rugi) dan Akumulasi Penyusutan Mesin di sisi lainnya,
dengan jurnal sbb:
[Debit].
Beban Penyusutan Mesin Produksi = Rp 3,125,000 (masuk L/R)
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan Mesin produksi = Rp 3,125,000 (Masuk Neraca)
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan Mesin produksi = Rp 3,125,000 (Masuk Neraca)
Sejak
saat itu, PT JAK terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo akun “Akumulasi
Penyusutan Mesin Produksi “ setiap tanggal 31 Desember, hingga saldonya sama
dengan “Nilai Perolehan Mesin” (Rp 25 Juta) dan Nilai Buku (=Nilai Perolehan
Mesin – Akumulasi Penyusutan) sama dengan nol alias habis, yang menurut jadwal
akan terjadi pada tanggal 31 Desember 2019.
Jurnal
penyesuaian juga diperlukan untuk saldo akun aset tetap lainnya dan semua saldo
akun “Akumulasi Amortisasi” aset tak berwujud, dengan cara yang sama.
3.
Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan
yang diterima di suatu periode, oleh perusahaan hanya boleh diakui sejumlah
yang bisa dihubungkan dengan beban/biaya yang timbul di periode yang sama.
Sedangkan selisihnya diakui entah sebagai “Deposit Pelanggan” atau “Pendapatan
Diterima Di Muka”. Saldo akun inilah yang disesuaikan setiap akhir periodenya.
CONTOH
KASUS:
Pada
tanggal 25 November 2013 PT JAK menerima pesanan dari True Company Inc sebesar
Rp 750 Juta. Karena keterbatasan kapasitas produksi, maka pengiriman barang
disepakati secara bertahap, dengan jadwal sbb:
- Tanggal 25 Januari 2014, senilai Rp 250 Juta;
- Tanggal 25 Februari 2014, senilai Rp 250 Juta; dan
- Tanggal 25 Maret 2014, senilai Rp 250 Juta.
Dari
transaksi tersebut, pada tanggal 1 Desember 2013 PT JAK menerima pembayaran
penuh sebesar Rp 750 Juta. Atas pembayaran yang diterima, oleh PT JAK belum
boleh diakui sebagai Pendapatan.
Sebab
belum timbul beban dan biaya sehubungan dengan pemesanan barang tersebut. Untuk
sementara, uang yang diterima diakui sebagai “Deposit Pelanggan” dengan jurnal
sbb:
[Debit].
Kas = Rp 750,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Deposit Pelanggan = Rp 750,000,000 (masuk ke kelompok Liabilitas di Neraca)
[Kredit]. Deposit Pelanggan = Rp 750,000,000 (masuk ke kelompok Liabilitas di Neraca)
Nah saldo
“Deposit Pelanggan” inilah yang memerlukan JURNAL PENYESUAIAN setiap kali PT
JAK mengakui “Pendapatan” di satu sisinya dan pengakuan “Harga Pokok Penjualan”
di sisi lainnya, yakni saat pengiriman barang.
Sesuai
jadwal, PT JAK mengirimkan barang tahap pertama pada tanggal 25 Januari 2014
senilai Rp 250 Juta dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 150 juta, dan
memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit].
Deposit Pelanggan = 250,000,000 (mengurangi saldo Deposit pelanggan)
[Kredit]. Penjualan = Rp 250,000,000 (masuk Laba/Rugi Januari 2014)
[Kredit]. Penjualan = Rp 250,000,000 (masuk Laba/Rugi Januari 2014)
Dan:
[Debit].
Harga Pokok Penjualan = Rp 150,000,000 (masuk Laba/Rugi januari 2014)
[Kredit]. Persediaan = Rp 150,000,000 (mengurangi saldo Persediaan di Neraca)
[Kredit]. Persediaan = Rp 150,000,000 (mengurangi saldo Persediaan di Neraca)
PT. JAK
akan terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo Depostit Pelanggan hingga
nilainya mencapai nol alias habis, yang dijadwalkanakan terjadi pada tanggal 25
Maret 2014.
Disamping
akun “Deposit Pelanggan”, akun lain yang perlu penyesuaian adalah akun
“Penadapatan Diterima Di Muka.”
CONTOH
KASUS:
PT JAK
menyewakan salahsatu ruang kantornya senilai Rp 100 juta kepada PT Maju Jaya
selama 5 tahun. Atas Sewa tersebut PT JAK menerima pembayaran penuh.
Sama
seperti Deposit Pelanggan, penerimaan pembayaran sewa ini juga tidak diakui
sebagai pendapatan, melainkan sebagai “Pendapatan Sewa Diterima Di Muka” yang
saldonya akan disesuaikan setiap akhir periode dengan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN.
4.
Biaya Diakrualkan
Suatu
biaya diakrualkan apabila biaya tersebut sudah harus diakui sementara angka
pastinya belum diketahui. Kondisi ini lumrah terjadi pada biaya listrik, biaya
telepon dan biaya gaji.
CONTOH
KASUS:
Sesuai dengan
prinsip kesesuaian (matching principle), pengunaan listrik PT. JAK untuk bulan
Januari 2014 harus diakui di bulan yang sama, sementara tagihan dari PLN
biasanya baru diterima sekitar tanggal 15-20 Februari 2014—sehingga angka
“Biaya Listrik” belum diketahui secara pasti.
Agar
biaya listrik Januari bisa diakui di bulan Januari maka menjelang penutupan
buku (31 Januari 2014) PT JAK mengakrualkan Biaya Listrik dengan menggunakan
tagihan bulan sebelumnya sebagai patokan. Sehingga pengakuan “Biaya Listrik”
diakrualkan dengan jurnal sbb:
[Debit].
Biaya Listrik = Rp 50,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 50,500,000 diambil dari tagihan listrik bulan sebelumnya).
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 50,500,000 diambil dari tagihan listrik bulan sebelumnya).
Disamping
itu, PT JAK juga mengakrualkan “Biaya Telpon” untuk Januari 2014, karena
kondisi yang sama dengan Biaya Listrik. Menggunakan biaya telepon bulan
sebelumnya, pada tanggal 31 Januari PT JAK mengakrualkan pengakuan biaya
telepon dengan jurnal sbb:
[Debit].
Biaya Telepon = Rp 7,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 7,500,000 diambil dari tagihan telepon bulan sebelumnya).
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 7,500,000 diambil dari tagihan telepon bulan sebelumnya).
PT JAK
bayar gaji setiap tanggal 5, sehingga untuk Biaya Gaji bulan Januari 2014 angka
pastinya baru bisa diketahui antara tanggal 2-3 Februari 2014. Agar
biaya gaji bulan Januari bisa diakui diakui di bulan yang sama, maka tanggal 31
Januari 2014 PT JAK mengakrualkan biaya gaji sbb:
[Debit].
Biaya Gaji = Rp 125,800,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 125,800,000 diambil dari catatan Biaya Gaji bulan sebelumnya).
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 125,800,000 diambil dari catatan Biaya Gaji bulan sebelumnya).
Yang
paling penting untuk disadari dalam hal ini adalah: biaya listrik, biaya
telepon dan biaya gaji PT JAK belum mewakili kondisi sebenarnya. Sehingga,
pengakuan “Laba/Rugi” PT JAK untuk periode Januari 2014 bisa jadi lebih besar
atau lebih kecil dari yang seharusnya. Artinya juga, akun “Laba Ditahan” PT JAK
di Neraca juga belum mewakili nilai sebenarnya. Untuk itu perlu di sesuaikan
ketika tagihan masing-masing biaya dketahui secara pasti.
Misalnya:
Tanggal 3
Februari 2014, Bagian HRD PT. JAK mengajukan Biaya Gaji untuk Januari 2014
sebesar Rp 128,000,000. Dari sini staf accounting PT JAK
mengetahui bahwa Biaya Gaji yang dibebankan di Januari 2014 lebih kecil Rp
2,200,000 (=128,000,000 – 125,800,000) diabandingkan biaya sebenarnya. Berarti
pengakuan “Laba” PT JAK untuk Januari 2014 menjadi lebih diakui Rp
2,200,000—thus saldo “Laba Ditahan” juga menjadi lebih diakui sejumlah yang
sama. Untuk itu perlu disesuaikan agar mewakili kondisi sebenaranya dengan
memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit].
Laba Ditahan = Rp 2,200,000 (Saldo Laba Ditahan berkurang 2,200,000)
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (Sesuai yang diajukan HRD)
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (Sesuai yang diajukan HRD)
Saat gaji
dibayarkan (Tanggal 5 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit].
Utang Gaji = Rp 128,000,000 (saldo Utang Gaji menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 128,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 128,000,000)
[Kredit]. Kas = Rp 128,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 128,000,000)
Pada
tanggal 15 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PLN untuk penggunaan
Listrik Januari 2014 sebesar Rp 49,000,000. Sehingga pengakuan Biaya Listrik Januari
lebih besar Rp 1,500,000 (=50,500,000 – 49,000,000) dibandingkan tagihannya.
Artinya saldo Laba Ditahan kurang diakui sebesar yang sama. Agar mewakili
kondisi sebenarnya, maka PT. JAK memasukan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit].
Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 1,500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 1,500,000)
[Kredit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (Sesuai tagihan dari PLN)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 1,500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 1,500,000)
[Kredit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (Sesuai tagihan dari PLN)
Saat
Listrik di bayar (Tanggal 18 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit].
Utang – PLN = Rp 49,000,000 (saldo Utang-PLN menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 49,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
[Kredit]. Kas = Rp 49,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Pada
tanggal 17 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PT TELKOM INDONESIA untuk
penggunaan telepon Januari 2014 sebesar Rp 7,000,000.
Sehingga pengakuan Biaya Telepon Januari lebih besar Rp 500,000
(=7,500,000-7,000,000) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan juga
kurang diakui sebesar Rp 500,000. Supaya mewakili kondisi sebenarnya, maka PT. JAK
memasukan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit].
Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 500,000)
[Kredit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (Sesuai tagihan dari PT TELKOM)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 500,000)
[Kredit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (Sesuai tagihan dari PT TELKOM)
Saat
Telepon di bayar (Tanggal 19 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit].
Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (saldo Utang – PT TELKOM menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 7,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
[Kredit]. Kas = Rp 7,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Itulah
yang disebut jurnal penyesuaian (adjustment entry).
Kesimpulan:
Jurnal Pembetulan vs Penyesuaian
Jurnal
pembetulan dan jurnal penyesuaian, 2 jenis jurnal yang dibuat untuk maksud
berbeda.
“Jurnal
Pembetulan/Koreksi” (Correction Entry), adalah jurnal khusus yang
dibuat untuk memperbaiki keslahan jurnal. Perbaikan atas kesalahan akun sering
disebut “reklasifikasi.” Kesalahan jurnal bisa terjadi pada akun mana saja.
Bila kesalahan terjadi pada transaksi di periode yang sama, jurnal pembetulan
selalu dianjurkan. Namun bila kesalahan terjadi di periode berbeda, maka perlu
mempertimbangkan apakah kesalahan tergolong self-corrected atau tidak. Jurnal
koreksi diperlukana pada transaksi yang tidak self-corrected.
Sedangkan “Jurnal
Penyesuaian” (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk
menyesuaikan nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul
akibat adanya pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan).
Beberapa contoh akun yang biasanya memerlukan jurnal penyesuaian, antara lain:
Deposit Supplier, Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid), Akumulasi
Penyusutan/Amortisasi, Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Dimuka, Biaya
Diakrualkan